29/07/2025 Alumni
Di balik kilau sebuah perhiasan, tersimpan kisah tentang mimpi, budaya, dan keberanian membuat perubahan. Itulah semangat yang dibawa Michellie Danara Tantyo, alumni Program Studi Desain Produk Universitas Pelita Harapan (UPH) angkatan 2014.
Lewat Titian Jewelry—brand yang ia rintis dari proyek tugas akhir, Michellie memadukan teknik kerajinan tradisional Bali dengan bahan-bahan unik, seperti lapisan bagian dalam cangkang kerang (mother of pearl), tulang sapi, hingga batu alam. Setiap desainnya tak hanya estetis, tapi juga menyimpan makna dan cerita.
Inspirasi lahir dari pengalaman magangnya di Bali. Di sana, Michellie bertemu para pengrajin lokal yang mulai kehilangan semangat akibat tekanan industri. Salah satunya adalah Wayan, pengrajin perak yang keahliannya diwariskan turun-temurun. Dari kisah mereka, Michellie terpanggil untuk ikut menjaga warisan budaya yang hampir hilang.
“Kami ingin menciptakan perhiasan yang tidak hanya indah, tapi juga berdampak positif bagi pembuatnya,” ujarnya dalam acara virtual Echoes of Experience: Alumni Tales That Shape the Future yang diselenggarakan UPH pada 18 Juli 2025.
Sejak mendirikan Titian Jewelry dan Titian Fine Jewelry pada 2018, Michellie memegang satu misi utama, yakni menghidupkan kembali keterampilan pengrajin tradisional Bali yang nyaris terlupakan. Baginya, setiap perhiasan adalah karya yang membawa cerita dan harapan dari tangan pembuatnya. Bersama timnya, ia membuka akses pasar yang lebih luas bagi para pengrajin, sekaligus mendorong stabilitas ekonomi, dan membangun kembali kepercayaan diri para pengrajin.
Titian Jewelry juga dikenal karena pendekatan kurasinya—hanya meluncurkan koleksi terbatas tiga kali dalam setahun. Strategi ini bukan soal eksklusivitas semata, tapi tentang mendengarkan pasar dan meresponsnya dengan karya yang relevan. Bagi Michellie, desain yang indah tak terpisahkan dari proses, orang di baliknya, dan nilai yang diusung.
Ketika Desain Bertemu Misi Sosial
Kuliah di UPH menjadi titik awal bagi Michellie dalam menemukan arah hidup dan misi yang lebih besar. Ia memulai perjalanannya sebagai mahasiswa yang tertarik pada desain, namun menyelesaikan studi dengan membawa visi untuk menciptakan dampak sosial melalui karya. Di UPH, selain diajarkan tentang teknik merancang produk, ia juga dibentuk untuk berpikir kritis dan memiliki empati terhadap lingkungan sekitarnya. Di sinilah benih-benih kepedulian sosial Michellie mulai tumbuh.
“UPH membentuk saya bukan hanya sebagai desainer, tapi juga sebagai individu yang belajar memahami konteks sosial dari karya,” ungkapnya.
Di UPH, Michellie juga dibentuk untuk merancang sebuah produk yang bermakna, menghidupkan budaya, bahkan menjembatani perubahan. Dari sinilah prinsip-prinsip kepemimpinan, keberanian berinovasi, dan semangat melayani masyarakat tumbuh dan mengakar kuat dalam dirinya. Nilai-nilai itulah yang terus ia bawa hingga hari ini dalam setiap desain Titian Jewelry.
Lebih dari Tren: Membangun Karya dengan Nilai
Michellie menyadari bahwa menciptakan desain perhiasan bukan hanya soal keindahan, tapi bagaimana kekuatan desain dapat disampaikan melalui cerita. Lewat media sosial, terutama Instagram, ia membagikan proses kreatif, makna keberlanjutan (sustainability), filosofi bahan, hingga potret para pengrajin. Di tengah gempuran persaingan industri yang kompetitif, Titian Jewelry mampu bertahan untuk menjadi lebih dari sekadar brand —ia menjadi ruang untuk menyuarakan pelestarian budaya, keindahan buatan tangan, dan dampak sosial yang nyata.
Lebih lanjut, Michellie mendorong generasi muda untuk tidak hanya mengejar karier, tetapi juga membangun kontribusi nyata lewat bidang yang mereka tekuni.
“Jangan hanya ikut tren. Temukan nilai yang kamu percaya dan bangun sesuatu dari sana. Karya yang berdampak lahir dari kejujuran dan keberanian untuk berbeda,” pesannya.
Kisah Michellie Danara Tantyo merupakan bukti nyata bahwa alumni UPH mampu merancang masa depan melalui kreativitas, inovasi, dan kepedulian. Lewat Titian Jewelry, Michellie tidak hanya memperkuat posisi brand lokal Indonesia di panggung global, tetapi juga membangun ruang bagi para pengrajin tradisional untuk terus berkarya agar budaya dan keterampilan lokal bisa terus hidup dan berkembang.
Melalui alumni seperti Michellie, UPH terus memperkuat reputasinya sebagai institusi pendidikan yang menghasilkan lulusan yang takut akan Tuhan, unggul, dan berdampak secara positif.