NEWS & PUBLICATION

Kaji Penggunaan SGLT2 Inhibitor untuk Pasien Gagal Jantung, Mahasiswi Kedokteran UPH Juara Pertama di Ajang Jakarta Nephrology Meeting 2025 

10/09/2025 Medical Sciences, Pencapaian

Kaji Penggunaan SGLT2 Inhibitor untuk Pasien Gagal Jantung, Mahasiswi Kedokteran UPH Juara Pertama di Ajang Jakarta Nephrology Meeting 2025 

Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), gagal jantung kini menjadi salah satu penyakit kardiovaskular dengan prevalensi yang terus meningkat, sekaligus penyumbang utama angka kesakitan dan kematian di dunia. Kondisi ini bukan hanya memangkas kualitas hidup pasien, tetapi juga memicu komplikasi serius, terutama pada kelompok usia lanjut yang rentan (frail). Di tengah tantangan tersebut, kebutuhan akan terapi yang lebih efektif semakin mendesak. Salah satu terobosan yang mendapat sorotan adalah obat golongan SGLT2 inhibitor—awalnya ditujukan untuk pasien diabetes melitus tipe 2, namun kini terbukti membawa dampak besar bagi penderita gagal jantung. 

Didorong oleh urgensi ini, Jesselyne Aurelia Santoso, mahasiswi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Pelita Harapan (UPH) angkatan 2022, melakukan kajian mendalam lewat systematic review dan meta-analysis. Hasil penelitiannya mengantarkan Jesselyne meraih Juara Pertama kategori Oral Presentation pada ajang The 7th Jakarta Nephrology Meeting (JNM) 2025, yang digelar pada 8–10 Agustus 2025 di Auditorium Indonesian Medical Education and Research Institute FKUI (IMERI FKUI) serta JW Marriott Hotel Jakarta. 

“Dalam kompetisi ini, saya mempresentasikan hasil review dan analisis penelitian yang berjudul ‘Impact of SGLT2 Inhibitors on Cardiovascular Outcomes Across Frailty Levels in Heart Failure’. Dalam penelitian ini, saya mengkaji penggunaan SGLT2 inhibitor, yaitu obat yang umumnya diberikan pada pasien diabetes melitus tipe 2, penyakit ginjal kronis, dan gagal jantung,” jelas Jesselyne. 

Tingkat Kerapuhan Pasien, Jadi Fokus Penelitian 

Lebih lanjut Jesselyne menjelaskan bahwa fokus penelitian diarahkan pada pasien gagal jantung dengan berbagai tingkat kerapuhan (frailty). Selama ini, penggunaan obat tersebut pada kelompok pasien yang paling rapuh masih jarang dikaji secara mendalam.  

“Melalui riset ini, saya berusaha menjawab pertanyaan penting tentang seberapa aman dan bermanfaatnya SGLT2 inhibitor bagi pasien dengan tingkat kerapuhan yang berbeda,” ujarnya. 

Hasil penelitiannya menemukan bahwa pasien dengan kerapuhan paling tinggi (most frail), yang umumnya memiliki fungsi ginjal rendah, justru memperoleh manfaat terbesar. SGLT2 inhibitor terbukti mampu memperlambat penurunan fungsi ginjal secara signifikan, sehingga memberikan perlindungan lebih baik terhadap risiko kerusakan ginjal. 

“Artinya, obat ini paling efektif mencegah perburukan fungsi ginjal pada kelompok most frail. Hasil studi saya menunjukkan bahwa SGLT2 inhibitor tidak hanya aman, tetapi juga bermanfaat bagi jantung, ginjal, dan metabolisme di semua tingkat kerapuhan. Temuan ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi dokter untuk lebih percaya diri memberikan obat ini kepada pasien yang membutuhkan,” jelas Jesselyne. 

Lebih dari Sekadar Prestasi 

Bagi Jesselyne, kemenangan ini bukan sekadar gelar juara atau penghargaan di panggung ilmiah. Kepuasan sejati justru hadir ketika ia menyelami data, menemukan pola, dan menyadari bahwa hasil risetnya berpotensi memberi harapan nyata bagi pasien. Baginya, ilmu kedokteran adalah amanah untuk melayani sesama, bukan sekadar pengetahuan yang berhenti di ruang kelas atau laboratorium. 

“Menjadi dokter adalah perjalanan panjang yang tidak hanya berbicara soal kemampuan medis, tetapi juga empati, ketulusan hati, dan kerelaan untuk terus belajar demi orang lain. Saya berharap pengalaman ini bisa menjadi motivasi bagi teman-teman dan adik-adik seperjuangan, khususnya di lingkungan preklinik UPH. Ini bukti bahwa kita tidak perlu menunggu hingga resmi menjadi dokter untuk mulai berdampak nyata. Rasa ingin tahu, ketekunan, dan kepedulian kita hari ini bisa menjadi benih dari inovasi medis di masa depan,” tuturnya. 

Dukungan Dosen dan Lingkungan Kampus 

Keberhasilan Jesselyne juga tidak terlepas dari bimbingan para dosen FK UPH, yaitu Dr. dr. Theo Audi Yanto, Sp.PD, FINASIM, AIFO-K; Dr. dr. Andree Kurniawan, Sp.PD-KHOM, FINASIM; dan dr. Jeremia Immanuel Siregar, BMedSc, Sp.PD. Bagi Jesselyne para dosen pembimbingnya punya peranan penting dalam membuka dan mendorong ruang belajar baginya.  

“Dengan mengisi libur semester melalui magang preseptor setiap hari dan mengikuti berbagai event ilmiah, Jesselyne menunjukkan dedikasi tinggi di bidang metabolik, kardiologi, dan nefrologi. Ide penelitiannya tentang penggunaan SGLT2 inhibitor pada gagal jantung usia lanjut dengan mempertimbangkan frailty, menjadi bukti ketekunan dan rasa ingin tahu ilmiah yang luar biasa. Prestasi ini menjadi kebanggaan sekaligus inspirasi bagi kita semua,” ucap Dr. Theo. 

Selain bimbingan dosen, pengalaman organisasi turut memperkaya langkah Jesselyne. Ia aktif di SECRET (Science, Education, Clinical Research, Evidence-Based-Medicine, and Technology), organisasi riset mahasiswa FK UPH yang menjadi wadah pertama baginya belajar menulis systematic review dan meta-analysis. Dari sinilah ia menumbuhkan keberanian untuk melangkah ke level kompetisi nasional. 

Tentang JNM 2025 

JNM 2025 adalah pertemuan ilmiah tahunan yang digelar oleh Divisi Nefrologi dan Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI bersama Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun ini, JNM 2025 mengusung tema “Cardiovascular-Kidney-Metabolic Syndrome in Focus: From Pathophysiology to Personalized Care.” Tema tersebut menyoroti hubungan kompleks antara jantung, ginjal, dan sistem metabolik, sekaligus membuka diskusi tentang pentingnya pendekatan personal dalam penanganan pasien. 

JNM 2025 menghadirkan rangkaian aktivitas ilmiah, meliputi workshop interaktif; simposium; sesi Meet the Expert; plenary lectures; serta pameran industri farmasi dan alat medis. JNM 2025 juga menjadi ajang kompetisi ilmiah melalui kategori Oral Presentation dan Poster Presentation. Acara ini merupakan wadah bagi peneliti muda maupun profesional untuk berkarya dan berkontribusi bagi perkembangan kedokteran. 

Prestasi yang diraih Jesselyne membuktikan bahwa keberhasilan dapat lahir dari kombinasi semangat riset, bimbingan dosen, serta lingkungan kampus yang mendorong pertumbuhan. Melalui kompetisi seperti ini, mahasiswa tidak hanya diasah untuk mengembangkan kemampuan akademis dan kepemimpinan, tetapi juga dipanggil untuk menghadirkan dampak nyata bagi sesama. Inilah wujud nyata komitmen UPH dalam melahirkan lulusan yang takut akan Tuhan, unggul di bidangnya, dan siap berkontribusi positif bagi masyarakat, bangsa, dan dunia.