NEWS & PUBLICATION

Bangunkan ?Raksasa? Tidur

06/04/2010 Uncategorized

Bangunkan ?Raksasa? Tidur

Bukti dari ke-esa-an Tuhan dapat terlihat dari ciptaan-Nya yang paling luhur, yaitu manusia.

Bukti dari ke-esa-an Tuhan dapat terlihat dari ciptaan-Nya yang paling luhur, yaitu manusia.

images/jsnews/taufiq pasiak.jpg

Bukti dari ke-esa-an Tuhan dapat terlihat dari ciptaan-Nya yang paling luhur, yaitu manusia. Kita diberikan otak oleh Tuhan agar dapat beraktivitas, berpikir, bahkan memprediksi masa depan. Otak kita ini sungguh merupakan aset luar biasa yang Tuhan percayakan pada kita. Namun sayangnya, sebagian besar orangtua tidak memfasilitasi, bahkan membunuh perkembangan otak anaknya.

 

Taufiq Pasiak, Ketua Indonesian Neuroscience Club, menganalogikan otak manusia sebagai raksasa. ?Banyak orangtua yang melarang anaknya melakukan ini-itu. Guru di sekolah juga demikian, seolah semua kegiatan murid-muridnya harus sesuai dengan prosedur. Padahal tanpa mereka sadari hal itu menghambat pertumbuhan otak anak dan sekarang kita harus membangunkan raksasa yang sedang tidur itu,? jelasnya.

 

?Membangunkan Raksasa Tidur? adalah topik pembahasannya dalam seminar yang diadakan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan bekerjasama dengan Departemen Kesehatan RI berjudul ?Mengungkap Rahasia Otak untuk Meningkatkan Intelegensia? pada Senin (29/03) di Grand Ballroom St. Moritz, Jakarta.

 

 

Taufiq Pasiak

Sebuah metode yang ia tawarkan untuk ?membangunkan sang raksasa? adalah metode ALISSA. Amankan otak anak Anda; jaga baik-baik mulai dari dalam kandungan sampai dewasa. ?Contoh sederhana, saat naik motor jangan lupa pakai helm,? katanya. Latihan fisik; melatih motorik, lidah, dan jari jemari.

Informasi dan gizi; jangan membunuh kreativitas anak. Ini yang paling sering terjadi, ?Imajinasi anak-anak kita dibuang begitu saja. Bangsa kita memang kurang menghargai imajinasi padahal itu adalah harta terpendam dari setiap manusia, apalagi dari seorang anak yang otaknya cepat sekali berkembang.?

 

Sosialisasi; biarkan anak kita bersosialisasi dengan lingkungannya. Biarkan ia banyak berbicara, tetapi tentu saja komunikasinya harus bersifat empatik. Spiritualitas; aspek ini lah yang tidak dioptimalkan dalam anak. Spiritualitas merupakan fungsi luhur tertinggi dari otak manusia.

 

Taufiq menggambarkan sebuah segitiga dimana pada kaki pertama adalah spirituality experience dan kaki kedua adalah positive motion (seperti bersabar, bersyukur, dll). ?Puncak dari pengalaman spiritualitas dan emosi positif adalah makna hidup. Jadi apabila seseorang mengoptimalkan fungsi spiritualitasnya maka ia akan memaknai hidupnya dengan lebih baik,? ujarnya.

 

Alami dan dalami; kita harus mencermati dengan seksama setiap tindakan yang dilakukan anak kita. ?Bangsa kita ini senangnya yang otomatis. Misalnya kalau belajar harus begini, kalau ujian harus begitu. Ini kurang baik karena kita menjadi tidak perhatian pada hal-hal kecil yang mungkin bisa terjadi jika tidak ada otomatisasi,? kata Taufiq.

 

Akhirnya ia menekankan pentingnya pengoptimalan otak anak sejak dalam kandungan. Bahkan sampai bertumbuh dewasa, struktur otak kita masih bisa berubah. ?Ingat bahwa otak kita adalah tambang mahadahsyat dari Tuhan. Kalau sekarang masih tertidur pulas, segera bangunkan!? ucapnya mengakhiri presentasinya. (cyn)

 

UPH Media Relations