NEWS & PUBLICATION

Trend Radiotherapy, Solusi untuk Penyakit Kanker

07/11/2008 Uncategorized

Trend Radiotherapy, Solusi untuk Penyakit Kanker

Dr. Topo Suprihadi-dosen Jurusan Fisika UPH- mengatakan, ? Saya melihat bahwa kebutuhan radioterapi ini membutuhkan perangkat hi-tech dan suatu saat akan bisa dilakukan di Indonesia.

Dr. Topo Suprihadi-dosen Jurusan Fisika UPH- mengatakan, ? Saya melihat bahwa kebutuhan radioterapi ini membutuhkan perangkat hi-tech dan suatu saat akan bisa dilakukan di Indonesia.

Eka Budiarto, dari Technische Universiteit Delf, Netherlands, salah satu pembicara seminar

 

Pernahkah anda mendengar bahwa sebuah ?ramuan? yang dibuat dari Biologi, Fisika, dan Matematika dapat membantu menyelamatkan banyak nyawa manusia? Berangkat dari pertanyaan diatas, Universitas Pelita Harapan (UPH) mengadakan acara yang bertajuk ?A Trend in Radiotherapy? yang merupakan gabungan dari tiga jurusan yang ada di Fakultas Sains dan Matematika UPH (Fisika medis, Matematika komputasi dan Bioteknologi kesehatan). Seminar berlangsung pada 4 November 2008, menghadirkan pembicara para ahli di bidangnya, diantaranya Dr. Maria Francisca Ham, dept. Patologi Anatomi, FK UI/RSCM, Prof. Dr. Djarwani S. Soejoko, FMIPA UI, Dra. Zubaidah Alatas, BATAN, Dr. Topo Suprihadi, FSM UPH dan Eka Budiarto, M.Sc., Deft. Institute of Applied Mathematics (DIAM), Technische Universiteit Delf, Netherlands.

 

Seminar diawali dengan ?perkenalan? mengenai kanker itu sendiri. Radioterapi kemudian dilihat sebagai salah satu ?jawaban? untuk mengobati kanker, dimana radioterapi dilakukan dengan cara melakukan penyinaran berkas radiasi pada bagian yang terkena kanker. Radioterapi berfokus pada pemberian dosis tinggi pada kanker dan dosis rendah pada jaringan sehat disekitarnya.

 

Eka Budianto-mantan dosen FSM UPH- mengatakan bahwa penting bagi kita untuk melakukan pendekatan multidisiplin dalam memecahkan masalah kanker ini. Biologi berperan dalam proses radioterapi, sementara Fisika medis memberi peran dibidang pengkonsentrasian difraksi berkas radiasi dan pengaplikasian peralatan radioterapi. Menurutnya, matematika memiliki peran penting dalam radioterapi. Dengan membuat grafik marjin dari gerak acak, para ahli dapat menurunkan resiko kerusakan. Kombinasi yang tepat dari ketiga ilmu ini sangat manjur untuk menyelamatkan manusia.

 

Seminar berlanjut pada seputar perkembangan peralatan radio terapi dan pengaplikasiannya di Indonesia, yang berujung pada kata ?menyedihkan?. Betapa tidak, untuk mengatasi 220 juta rakyat Indonesia, baru tersedia 20 pusat terapi di beberapa kota besar saja. ?Saat ini IMRT (intensity modulated radiation terapi) sedang diinstall di RSCM, diperkirakan pada tahun 2009 sudah siap. Namun masalahnya untuk mengoperasikan perangkat ini dibutuhkan tenaga professional. Ini yang menjadi tugas dari institusi pendidikan,? jelas Prof. Djarwani menjawab salah satu pertanyaan peserta.

 

Acara yang banyak dihadiri oleh perwakilan beberapa universitas, sekolah, dan lembaga penelitian ini memancing respon yang positif. Dr. Topo Suprihadi-dosen Jurusan Fisika UPH-  mengatakan, ? Saya melihat bahwa kebutuhan radioterapi ini membutuhkan perangkat hi-tech dan suatu saat akan bisa dilakukan di Indonesia. Selama ini, tawaran berobat selalu berasal dari negara tetangga Singapura, padahal kita juga bisa. Yang jadi masalah adalah SDM kita belum siap. Ada kebutuhan mendesak yang bisa dipenuhi oleh ahli sains dan UPH membuka lebar kesempatan ini. Di UPH sendiri akan terus dilakukan penelitian. Fakultas Sains sudah sering melakukan hal seperti ini, diantaranya untuk kebutuhan tugas akhir. Salah satu penelitian yang berhasil dilakukan mahasiswa FSM UPH adalah mendeteksi gejala dini thalasemia menggunakan fisika?.

 

Secara khusus, Fisikawan UPH ini berharap agar fisika lebih banyak dikenal masyarakat, dan suatu saat bisa menghasilkan SDM yang unggul. (ds)

 

 

UPH Media Relations