NEWS & PUBLICATION

Pameran Corporeal Metaphor: Metafora Tubuh Manusia dan Budaya Toraja, Jadi Inspirasi Karya Mahasiswa Arsitektur UPH 

24/06/2025 Faculty of Design

Pameran Corporeal Metaphor: Metafora Tubuh Manusia dan Budaya Toraja, Jadi Inspirasi Karya Mahasiswa Arsitektur UPH 

Program Studi Arsitektur Universitas Pelita Harapan (UPH) menghadirkan pameran bertajuk Corporeal Metaphor, sebuah ajang unjuk karya dari 29 mahasiswa Arsitektur angkatan 2023 yang telah menjalani proses pembelajaran selama satu tahun terakhir. Bekerja sama dengan Kopi Manyar dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Provinsi Banten, pameran ini digelar di Galeri Kopi Manyar, Bintaro, Jakarta Selatan, dan terbuka untuk umum mulai 14 Juni hingga 6 Juli 2025. Pameran ini menampilkan ratusan karya mulai dari sketsa hingga maket, yang mencerminkan kreativitas, eksplorasi, dan pemikiran kritis. 

Setiap karya yang ditampilkan telah melalui proses kurasi oleh tim pengajar UPH dan sejumlah arsitek profesional, termasuk Ar. Emanuel Agung Wicaksono S.T., M.T., IAI., yang juga berperan sebagai Koordinator Studio; serta David Hutama, Adwitya Dimas Satria, dan Ardy Hartono Kurniawan, yang turut memastikan kualitas karya yang layak untuk dipresentasikan ke publik. 

Dalam acara pembukaan yang berlangsung pada 16 Juni 2025, Dr. Ir. Susinety Prakoso, MAUD, MLA., selaku Dekan Fakultas Desain UPH memandang inisiatif ini mampu menjadi wadah ekspresi kreatif, sekaligus menunjukkan capaian para mahasiswa di bidang desain arsitektur. 

“Dari pameran ini, kita bisa melihat bahwa proses berpikir dan eksplorasi dalam desain menjadi kunci utama yang terus kami tekankan di fakultas. Ke depan, kami berharap ada lebih banyak kolaborasi dengan prodi lain di UPH agar terjadi pertukaran disiplin ilmu,” jelasnya. 

Ketua Program Studi Arsitektur UPH, Andreas Yanuar Wibisono, S.T., M.Ars., mengapresiasi dukungan Kopi Manyar sebagai mitra ruang berkarya bagi mahasiswa. Menurutnya, pameran publik ini menjadi kesempatan penting bagi mahasiswa untuk memperkenalkan karya mereka kepada komunitas arsitektur yang lebih luas. 

“Kami berterima kasih atas kesempatan yang diberikan sehingga karya mahasiswa dapat dikenal publik. Harapannya, pengalaman ini menjadi sumber inspirasi bagi mahasiswa untuk terus berkarya, berinovasi, dan menciptakan ide-ide kreatif,” ujar Andreas. 

Apresiasi juga datang dari arsitek ternama Indonesia, Isandra Matin Ahmad atau yang dikenal dengan Andra Matin. Sebagai salah satu pendiri Kopi Manyar, ia menjelaskan bahwa tempat ini bukan sekadar coffee shop, melainkan ruang dengan nilai arsitektur yang kuat. Kopi Manyar juga menghadirkan galeri yang berkembang menjadi ruang kreatif terbuka bagi berbagai komunitas seni dan desain untuk berkarya dan berkolaborasi. 

“Senang sekali bisa mengikuti pameran ini. Saya selalu terkesan dengan pendekatan metodologi dosen UPH dalam membimbing mahasiswa, yang unik dan berbeda dari kampus lain bahkan melampaui standar biasa. Saya berharap universitas lain dapat melihat ini, karena dunia arsitektur membutuhkan inovasi yang segar dan progresif,” ujar Andra Matin. 

Memahami Arsitektur lewat Tubuh Manusia dan Rumah Adat Tongkonan 

Dalam pameran Corporeal Metaphor, mahasiswa Arsitektur UPH mengeksplorasi desain yang terinspirasi dari metafora tubuh manusia, seperti kepala, tangan, kaki, dan punggung. Emanuel Agung Wicaksono menjelaskan bahwa tubuh merupakan alat utama untuk memahami arsitektur, mulai dari orientasi arah hingga interaksi dengan lingkungan sekitar. 

Emanuel menjelaskan bahwa setiap bagian tubuh memiliki perannya masing-masing dalam membantu untuk memahami arsitektur. Kepala, menjadi pusat orientasi dan penglihatan untuk mengarahkan pandangan, serta membantu membaca situasi dan arah. Tangan berperan sebagai penghubung langsung dengan benda-benda di sekitar; melalui sentuhan, merasakan tekstur, suhu, hingga berat suatu objek. Kaki, memungkinkan manusia untuk bergerak, merespons bentuk permukaan tanah, dan merasakan irama dari ruang yang dilalui. Sementara itu, punggung berfungsi sebagai penopang utama yang memberi kekuatan dan kestabilan pada tubuh, menjadi simbol dari struktur yang tidak terlihat namun sangat vital. 

Sebagai bagian dari proses pembelajaran, mahasiswa juga mengikuti perjalanan studi ke Toraja, Sulawesi Selatan, pada 20–26 November 2024. Di sana, mereka mengamati rumah adat Tongkonan, yang dipandang sebagai tubuh hidup—“bernapas” melalui ritual, terhubung dengan semesta, dan menyimpan memori dalam material seperti kayu, ijuk, dan batu. Pendekatan ini mengajak mahasiswa untuk memahami arsitektur tidak hanya dari bentuk visual, tetapi juga dari konteks budaya dan lingkungan yang mendalam. 

“Kenapa kami memilih tubuh sebagai titik awal? Karena tubuh adalah cara paling dekat untuk memahami arsitektur. Kami ingin mahasiswa menyadari bahwa arsitektur bukan sesuatu yang jauh dari kehidupan sehari-hari, melainkan hadir di sekitar kita, bahkan dalam tubuh kita sendiri. Melalui keterkaitan antara tubuh dan arsitektur Toraja, kami juga berharap mahasiswa menjadi lebih peka, mampu mengeksplorasi lebih dalam, dan pada akhirnya menciptakan inovasi arsitektur Indonesia yang relevan dan bermakna di masa depan,” ujar Emanuel Agung Wicaksono. 

Salah satu karya menarik dalam pameran Corporeal Metaphor adalah instalasi Gossip in Toraja karya Ariel Prakarsa Sugiarta Tjoanda, mahasiswa Arsitektur UPH. Karya ini mengangkat sisi unik budaya masyarakat Toraja dan terinspirasi dari arsitektur rumah adat Tongkonan serta dinamika sosial di sana. 

Instalasi tersebut menyoroti peran “gosip” sebagai elemen penting dalam menjaga harmoni kehidupan masyarakat Toraja. Lebih dari sekadar obrolan, gosip dipahami sebagai medium membangun relasi, menyebarkan informasi, dan menjaga keseimbangan sosial. Melalui karya ini, pengunjung diajak melihat bahwa di balik kesan remeh, gosip memiliki nilai kultural yang signifikan dalam membentuk dan mempertahankan struktur sosial komunitas Toraja.  

“Lewat instalasi ini, saya merancang elemen-elemen baru yang menyatu dengan karakteristik Tongkonan. Saya menciptakan ruang-ruang semi privat yang mendorong interaksi, berbagi cerita, dan menciptakan kebersamaan. Tujuannya bukan mengubah identitas Tongkonan, melainkan memperluas fungsi sosialnya melalui pendekatan desain modern yang tetap menghargai nilai tradisi,” jelas Ariel. 

Rangkaian Acara 

Tidak hanya menampilkan hasil karya mahasiswa, Program Studi Arsitektur UPH juga menyuguhkan berbagai rangkaian kegiatan inspiratif. Beberapa di antaranya adalah EH!? CAMP, Workshop “Build Your Own Comfort Space”, sesi berbagi wawasan bertajuk Peran Pembelajaran Vernakular dalam Pendidikan Arsitektur, Design Competition Presentation, hingga pameran bertema “Pembelajaran Arsitektur: Merayakan Proses, Menyuarakan Gagasan”. Kegiatan ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengekspresikan ide dan memperdalam pemahaman arsitektur. 

Pameran Corporeal Metaphor membuktikan bahwa proses pembelajaran arsitektur di UPH tidak hanya menitikberatkan aspek teknis, tetapi juga kaya makna dan konteks. Dengan menggabungkan pemahaman tubuh manusia dan warisan budaya lokal seperti rumah adat Tongkonan, mahasiswa didorong mengeksplorasi ide secara mendalam, menunjukkan kreativitas, dan menghasilkan karya yang relevan dan inspiratif bagi masyarakat. 

Sebagai institusi pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai Kristiani, Universitas Pelita Harapan (UPH) senantiasa berkomitmen menghadirkan pendidikan yang unggul dan holistik. Mahasiswa didorong untuk aktif berkontribusi dalam kehidupan masyarakat sejak di bangku kuliah, agar kelak ketika lulus, mereka siap menjadi pemimpin masa depan yang takut akan Tuhan, profesional, dan membawa dampak positif bagi bangsa dan dunia.