UPH Kukuhkan Prof. Wiryanto Dewobroto Jadi Guru Besar Teknik Sipil.

Pada 4 November 2019, Prof. Dr. Ir. Wiryanto Dewobroto, MT., resmi dikukuhkan menjadi Guru Besar Universitas Pelita Harapan (UPH) bidang Teknik Sipil, di UPH Kampus Lippo Karawaci, Gedung D lantai 5. Pengukuhan ini merupakan yang ketiga pada Fakultas sains dan Teknologi (FaST) khususnya pada program studi Teknik Sipil, menyusul Prof. Dr-Ing Harianto Hardjasaputra dan Prof. Dr. Manlian Ronald. A. Simanjuntak, ST., MT., D.Min.

“Material baja adalah produk pabrik yang bermutu tinggi. Material baja menjadi penting perannya bagi kemajuan suatu peradaban, namun selama ini konstruksi baja kurang populer, dibanding Konstruksi beton. Tetapi dengan adanya pembangunan insfrastruktur yang masif seperti saat ini tentu diperlukan infrastruktur yang kuat dan ekonomis. Untuk itu penggunaan konstruksi baja mau tidak mau akan menjadi bahan pertimbangan yang serius, ” ungkap Prof. Wiryanto dalam orasi ilmiah berjudul Pengaruh Batang Nol Pada Struktur Baja.

Namun struktur baja yang relatif lebih langsing dibanding struktur beton menyebabkan problem stabilitas (tekuk/buckling) menjadi dominan. Prof. Wiryanto menjelaskan untuk mengatasinya, maka pada strukturnya perlu diberikan elemen pertambatan lateral, yang disebut bracing atau ikatan angin.

“Keberadaan bracing adalah ciri khas konstruksi baja, dipasang atas dasar pengalaman, meniru sistem yang sudah sukses sebelumnya atau petunjuk dari kode. Ditekankannya, jika bracing hanya dipasang atas dasar analisa struktur elastis linier maka hasilnya bisa mengecoh,” kata alumni S-1 UGM, S-2 UI dan S-3 Unpar, Bandung itu.

Dia menambahkan gaya internal bracing bisa saja tidak terdeteksi karena relatif kecil, akibatnya diidentifikasi sebagai batang nol. Lebih lanjut, Prof. Wiryanto menjelaskan bahwa pentingnya memahami batang nol dan menempatkannya secara optimal pada agar tidak terjadi tekuk merupakan kompetensi utama perencanaan struktur baja.

Lebih lanjut dalam uji stabilitas, Prof. Wiryanto, yang spesialisasinya di bidang ilmu Struktur Baja, ilmu Analisa Struktur dan ilmu Komputer Rekayasa Struktur, tertarik menggunakan metode baru yaitu DAM (Direct Anlysis Method) yang mendampingi metode lama yaitu ELM (Effective Length Method).

“Metode DAM cara baru perencanaan struktur baja yang termuat di AISC (American Institute of Steel Construction) 2005, 2010, dan 2016. Menariknya, metode ini merupakan metode yang menggunakan komputer sebagai prasyarat utama perencanaan. Cara DAM efektif digunakan untuk struktur rangka bergoyang dan sangat diuntungkan bila ditambahkan bracing atau batang NOL yang sering diabaikan penggunaannya dalam cara lama,” jelas Prof. Wiryanto.

Namun meskipun teknologi komputerisasi memudahkan, Prof. Wiryanto tetap menegaskan agar dalam membangun jangan terlalu mengandalkan teknologi komputer yang canggih, karena hasilnya tergantung kompetensi insinyurnya. Di sinilah peran insinyur dibutuhkan dalam mengendalikan dan mengevaluasi perencanaan struktur yang tepat.

“Jadi teknologi semakin hebat, maka sumber daya manusianya juga harus hebat,” tegas Prof. Wiryanto.

Dalam Orasi ilmiahnya, Prof. Wiryanto juga menjelaskan bahwa hasil penelitian terkait batang nol dan kinerja struktur baja, juga inovasi terhadap Direct Analysis Method (DAM) dapat digunakan sebagai analisa kapasitas ultimate yang terbukti efektif melacak penyebab runtuhnya Jembatan Gantung di Banjar Sari II, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Pemerintah sendiri sejak tahun 2015 telah mencanangkan pembangunan 300 jembatan gantung di Indonesia untuk pengembangan wilayah pedesaan, maka hingga tahun 2018 telah terealisir sebanyak 164 unit jembatan gantung termasuk yang runtuh di Pacitan. Oleh karena itu penyelidikan penyebab keruntuhan jembatan penting untuk menentukan langkah yang perlu diambil menghindari kasus serupa.

Sebagai bentuk kontribusinya pada Tanah Air, Prof Wiryanto juga telah ditunjuk secara resmi menjadi anggota tim investigasi dan mitigasi runtuhnya jembatan di Pacitan yang dibentuk oleh Kementerian PUPR dengan anggota akademisi lainnya dari ITB, ITS dan UGM, sejak 2018.

Atas kontribusi Prof. Wiryanto dan pencapaiannya menjadi guru besar, Rektor UPH Dr. (Hon) Jonathan L. Parapak, M.Eng.Sc., menyatakan bahwa lahirnya professor menjadi bentuk nyata implementasi visi misi UPH.
“Pengukuhan Guru Besar kali ini merupakan pengukuhan yang ke-12 di UPH. Kiranya ilmu yang diterapkan oleh para guru besar dapat bermanfaat bagi kepentingan bangsa dan pembangunan infrastruktur di Indonesia,” jelas Rektor UPH.

Berita ini juga telah tayang di antaranews.com.


baca juga:

Teknik Sipil: Info Kuliah, Prospek Kerja, Profil Alumni