Ekspektasi vs Realita Kuliah di Hubungan Internasional.

Tidak sedikit alasan yang dikemukakan siswa sekolah menengah yang memilih program studi (prodi) Hubungan Internasional (HI), karena ingin menjadi diplomat dan berpergian ke luar negeri. Namun apakah HI hanya sebatas ini?

Menurut Elyzabeth Bonethe Nasution, S.I.P., M.A. – Ketua Prodi HI Universitas Pelita Harapan (UPH), HI merupakan sebuah kacamata, worldview. Di dalamnya kita dilatih berpikir lebih komprehensif, mempertimbangkan beragam disiplin ilmu, seperti politik, budaya, ekonomi, sosial, dan lainnya; menjadikan dunia lebih beragam.

UPH sendiri merupakan salah satu kampus swasta yang memiliki prodi HI dengan akreditasi A dengan 3 konsentrasi; yaitu Perdagangan Internasional, Korporasi dan Keamanan internasional, serta studi ASEAN dan Kawasan Asia Tenggara. Bahkan HI UPH mengklaim satu-satunya universitas yang menjadikan ASEAN dan Asia Tenggara sebagai konsentrasi peminatan.

Dengan adanya pilihan dan kekhususan di prodi HI, apakah HI UPH mampu menjawab kebutuhan para mahasiswanya? Berikut ulasan dari mahasiswa HI UPH.

Ekspektasi vs Realita

Luasnya keilmuan HI di UPH ini juga dirasakan oleh beberapa mahasiswa. Seperti yang dinyatakan Amanda Diella, HI 2018. Awalnya Amanda hanya melihat HI sebagai prodi wow yang menjanjikannya berkarier sebagai diplomat atau duta besar.

“Selain belajar menjadi diplomat dan belajar mengenai isu global, banyak keragaman keilmuan dan skill lainnya yang saya dapatkan. Menariknya, kini saya menyadari bahwa ilmu dan skill yang diasah nyatanya bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,” tutur Amanda.

Hal serupa juga dirasakan oleh Vanesha Violine, HI 2017 (Ketua HMPS HI 2019-2020) dan Jeanneriel Assah, HI 2018 yang merasa eksepektasinya mengenai HI semakin diperluas ketika berkuliah. Ketika di bangku sekolah, keduanya melihat HI hanya belajar seputar politik luar negeri, nyatanya di UPH mereka pengetahuan di berbagai bidang makin dipertajam seperti budaya, sosial, hukum, bahkan bidang perdagangan internasional.

Lain halnya bagi Yohanes, HI 2017 yang awalnya belum mengenal konsentrasi ASEAN dan Kawasan Asia Tenggara, dan tidak terpikir sebagai hal menarik ketika dirinya masih bersekolah.

“Konsentrasi ini ternyata sangat unik dan memuat banyak substansi yang jarang ditemukan di luar UPH dan memperkaya wawasan global,” ungkap Yohanes.

Peluang Karier yang Beragam

“Awalnya sih pilih HI di UPH, ingin menjadi diplomat dan menjadi perwakilan Indonesia di negara lain atau bekerja di bagian pemerintahan,” ungkap Jean.

Padahal, lulusan HI UPH dipersiapkan untuk berkakier di beragam bidang, mulai dari diplomat, analis hubungan internasioal, spesialis regional Asia Tenggara, negosiator, wartawan, staf Hubungan Pemerintah, staf kedutaan, dan lainnya.

Di UPH sendiri menurut Elyzabeth, rata-rata minat mahasiswa HI bervariasi. Tidak hanya ingin menjadi diplomat, lulusan UPH cukup banyak yang bekerja di NGO (Non-government organization), jurnalis, bahkan entrepreneur.
Pengembangan Soft Skills

Pengembangan soft skill menjadi kelebihan para lulusan HI UPH. Salah satu sarana pengasahan soft skills dilakukan melalui Internal Organizations yang dimiliki HI UPH dibawah program kerja HMPS (Himpunan Mahasiswa Program Studi) yaitu Model United Nations (MUN), Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Chapter UPH, dan International Relations Debate Club (IRDC).

“Kami mahasiswa diperlengkapi soft skills yang bermanfaat, seperti di organisasi MUN yang melatih kita mengenai aspek peradilan semu, public speaking dan writing skill. Kemudian FPCI chapter UPH yang sering menghadirkan narasumber menarik dan professional di bidangnya untuk membahas isu-isu dunia.¬” cerita Amanda.

Jadi, tentunya memilih HI sebagai prodi menjadi langkah awal yang tepat untuk para siswa yang berminat berkarier di bidang diplomasi atau pun pemerintahan luar negeri. Namun dengan cerita dari mahasiswa HI UPH, harapannya para siswa SMA semakin lebih memamhami seperti apa prodi HI, khususnya yang ada di UPH.