NEWS & PUBLICATION

Mahasiswa Arsitektur UPH Raih Juara 1 Sayembara Patung Yesus Kristus Memberkati di Kupang 

03/09/2025 Pencapaian

Mahasiswa Arsitektur UPH Raih Juara 1 Sayembara Patung Yesus Kristus Memberkati di Kupang 

Yelina Khosasih, mahasiswa Arsitektur Universitas Pelita Harapan (UPH) angkatan 2021, berhasil meraih Juara Pertama dalam Sayembara Patung Yesus Kristus Memberkati Kupang Tanjung Batu Kong di Pulau Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kompetisi tingkat nasional ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kupang untuk menghadirkan ikon rohani sekaligus destinasi wisata baru di kawasan tersebut. 

Desain yang diajukan Yelina bertajuk “Patung Lux Cordis”, yang berarti Cahaya Hati. Konsep ini melambangkan berkat, kedamaian, dan pengharapan, diwujudkan melalui gestur tangan Yesus yang terinspirasi dari sejarah kekristenan di Kupang. Unsur budaya lokal turut dihadirkan melalui bentuk arsitektur Ume Lopo (rumah tradisional Kupang berbentuk lumbung sebagai simbol kebersamaan) dan Ume Kbubu (rumah bulat tradisional Kupang yang melambangkan perlindungan dan kehangatan), serta warna-warna yang merujuk pada tradisi tenun adat setempat. 

“Melalui Lux Cordis, saya ingin menghadirkan karya yang bukan hanya menjadi simbol iman, tetapi juga menghubungkan warisan budaya Kupang dengan inovasi arsitektur modern. Saya sangat bersyukur dan bangga bisa meraih juara 1 di ajang nasional ini. Rasanya luar biasa karena karya kami bisa diapresiasi dan nantinya akan benar-benar diwujudkan di Kupang,” ungkap Yelina. 

Lux Cordis: Integrasi Astronomi, Arsitektur, dan Spiritualitas 

Patung setinggi 50 meter yang di desain oleh Yelina ini mengintegrasikan astronomi, arsitektur, dan teknologi pencahayaan. Rancangannya menghadirkan fenomena equinox yang terjadi dua kali setahun—sekitar 20-21 Maret dan 22-23 September—saat matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa sehingga sinarnya jatuh lurus dan menembus bagian hati patung. Pada siang hari, fenomena ini menyorotkan cahaya alami yang menghidupkan makna spiritual karya tersebut, sementara pada malam hari patung bertransformasi menjadi mercusuar rohani yang memancarkan cahaya pengharapan bagi masyarakat dan pengunjung. 

Lingkungan sekitar patung juga dirancang sebagai masterplan terpadu, mencakup Wisma Peziarah, Kapel, Amfiteater, Plaza Oikumene, Taman Bunga, Rumah Retret, serta Galeri dan Museum yang membentuk sebuah Axis. Gereja yang menghadap langsung ke patung semakin memperkuat hubungan spiritual umat. 

Menurut Yelina, keunikan Lux Cordis terletak pada perpaduan kekuatan artistik, makna simbolik, dan presentasi visual yang komunikatif.  

“Ide equinox, fasilitas penunjang yang lengkap, penerapan arsitektur lokal, dan referensi gestur tangan Yesus dari sejarah kekristenan Kupang menjadi faktor penting. Saya juga bersyukur melalui dosen pembimbing saya, bisa berkolaborasi dengan seniman patung hebat yakni Pak Pius Prio Wibowo yang juga memperkaya kualitas artistik karya ini,” jelasnya. 

Harapan Masa Depan dan Dukungan Akademik 

Prestasi ini membuka peluang Yelina untuk menghadirkan karya yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat Kupang sekaligus memacu semangat berkarya di bidang arsitektur dan seni. Ia menyebut sayembara ini memberikan pelajaran penting tentang kolaborasi, keterampilan teknis, dan pengembangan kreativitas. 

Emanuel Agung Wicaksono, S.T., M.T., Wakil Ketua Program Studi (Wakaprodi) Arsitektur UPH sekaligus dosen pembimbing Yelina, menyampaikan apresiasinya atas capaian ini.  

“Keberhasilan ini menunjukkan bahwa kreativitas, ketekunan, serta kemampuan berpikir konseptual dan teknis yang diasah di UPH mampu bersaing di tingkat nasional. Kami berharap prestasi ini menginspirasi mahasiswa lain untuk mengeksplorasi desain arsitektur, budaya, spiritualitas, dan konteks sosial. Semoga prestasi ini membuka peluang kolaborasi lebih luas antara dunia akademik, masyarakat, dan institusi dalam melahirkan karya-karya arsitektur yang bermanfaat dan bermakna,” ujar Emanuel. 

Keikutsertaan Yelina dalam sayembara ini menunjukkan bahwa pembelajaran arsitektur di UPH tidak hanya menekankan kemampuan teknis, tetapi juga mendorong mahasiswa mengeksplorasi nilai-nilai spiritual, budaya, dan estetika dalam karya mereka. Melalui desain yang sarat makna dan berorientasi pada konteks, mahasiswa dilatih untuk mengasah kreativitas, keberanian, serta pemikiran kritis yang mampu menghadirkan karya inspiratif dan relevan bagi masyarakat. 

Pencapaian Yelina menegaskan bahwa pembelajaran arsitektur di UPH menekankan lebih dari kemampuan teknis. Melalui berbagai kesempatan, mahasiswa didorong mengeksplorasi nilai spiritual, budaya, dan estetika sehingga karya yang dihasilkan inspiratif dan relevan bagi masyarakat. 

Sebagai institusi berlandaskan nilai Kristiani, UPH berkomitmen menghadirkan pendidikan holistik. Mahasiswa diarahkan untuk memiliki integritas rohani, unggul secara akademis, wawasan global, dan kepedulian sosial. Dengan pendekatan ini, mereka dipersiapkan menjadi pemimpin masa depan yang takut akan Tuhan, profesional, dan membawa dampak positif bagi bangsa serta dunia melalui karya-karya nyata.