15/07/2025 Student Life
Menjadi pemimpin bukan sekadar soal posisi teratas dalam organisasi. Pemimpin sejati adalah mereka yang bersedia melayani, mengambil tanggung jawab, dan menciptakan dampak nyata bagi komunitas yang mereka pimpin. Dalam dunia organisasi kemahasiswaan, peran seorang pemimpin ibarat nahkoda kapal—setiap keputusan yang diambil menentukan arah, memengaruhi strategi, dan membawa tim menuju tujuan bersama.
Di UPH, lebih dari 1.000 mahasiswa terlibat aktif dalam 65 organisasi kemahasiswaan yang menjadi wadah pembentukan karakter, kerja sama tim, dan kecakapan manajerial. Para ketua dan wakil ketua memegang peran penting dalam menjaga keberlanjutan dan arah gerak organisasi yang mereka pimpin.
Untuk memperkuat kapasitas ini, UPH menyelenggarakan Advanced Leadership Training (ALT) 2025 pada 11–12 Juli di Kampus Lippo Village, Tangerang. Kegiatan ini diikuti oleh 101 mahasiswa yang akan menjabat sebagai pemimpin organisasi kemahasiswaan periode 2025/2026—sebuah langkah awal untuk menanamkan nilai kepemimpinan yang melayani sejak dini.
“Pemimpin bukan sekadar jabatan, tapi keberanian menanggung beban dan menjalani proses yang sering kali tidak nyaman. Tantangan yang dihadapi justru menjadi momentum terbaik untuk pertumbuhan diri. Pakailah sungguh-sungguh waktu yang tidak nyaman ini untuk melihat bahwa kalian sedang berinvestasi untuk masa depan yang jauh lebih baik. Bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan Indonesia, Arthur Chandra, M.A., M.Th., selaku Director of Student Development & Alumni Engagement UPH.”
Belajar dari Praktisi, Memimpin dengan Hati
Setelah sambutan, kegiatan dilanjutkan dengan rangkaian sesi pelatihan dari para pembicara inspiratif. Hari pertama diawali dengan sesi bertajuk “Bet on Leadership” oleh Youry Royke Pieter Timbuleng, S.Sos., M.Div., M.Th., Manager of Mentoring & Community Development UPH. Youry mengajak peserta untuk memahami bahwa pemimpin sejati bukanlah mereka yang tak pernah gagal, melainkan mereka yang terus bangkit melalui kegagalan dan mampu menciptakan ruang bertumbuh bagi timnya.
“Pemimpin harus membimbing dan memberikan kepercayaan kepada anggotanya untuk belajar,” ujarnya.
Sesi kedua, “Act as One”, dibawakan oleh Kenneth Girvan, S.Psi., CLC., Student Organization Staff UPH. Dalam materinya, Kenneth menekankan pentingnya keselarasan dalam tim. Menurutnya, kepemimpinan bukan soal dominasi individu, tetapi sinergi yang kolektif.
“Pemimpin perlu membangun kesadaran bahwa ini bukan tentang ‘aku’, tapi ‘kita’. We over me,” tegasnya.
Materi ketiga, “Win the Heart”, disampaikan oleh tim dari Student Organization & Activities Development UPH, yakni Maria Natalia S.A., Psi., M.M., M.T., selaku Manager dan Kevin Angra Limawan, S.Sos., selaku Assistant Manager. Keduanya mengingatkan bahwa kepemimpinan yang kuat bukan hanya dibangun lewat strategi, tetapi juga lewat empati, ketulusan, dan hubungan yang bermakna dalam tim.
Memasuki hari kedua, Kenneth Girvan kembali hadir dengan sesi “Excel at Execution”, menyoroti pentingnya implementasi yang terstruktur dan berorientasi pada solusi. Ia menyampaikan bahwa keberhasilan organisasi ditentukan oleh kejelasan peran, mentalitas bertumbuh, dan evaluasi yang berkelanjutan.
Rangkaian sesi ditutup oleh Eloy Zalukhu, pendiri dan Managing Director CAPSTONE Consulting. Lewat kisah-kisah nyata yang ia tempa selama bertahun-tahun mendampingi pemimpin dan organisasi, Eloy mengajak peserta untuk memahami bahwa menjadi pemimpin adalah proses jangka panjang yang penuh perjuangan, tetapi sarat makna dan transformasi.
Malam yang Membakar Semangat
Titik puncak ALT 2025 hadir pada malam hari di lapangan parkir Gedung D UPH melalui kegiatan “Api Unggun dan Commissioning Night”. Dengan pujian dan penyembahan, peserta diajak merenungkan kembali panggilan kepemimpinan sebagai bentuk penyerahan diri kepada Tuhan. Prosesi pengoperan lilin dari pengurus lama (2024/2025) ke pengurus baru, menjadi simbol penyerahan tanggung jawab dan komitmen untuk melanjutkan perjalanan kepemimpinan.
Salah satu peserta, Joivelen Yerusson Kheng, Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Teknik Pangan UPH 2025/2026, mengungkapkan bahwa sesi api unggun menjadi pengalaman paling berkesan. “Saat itu, saya merasa benar-benar memberikan diri saya sepenuhnya. Saya sadar bahwa peran ini adalah bentuk tanggung jawab terhadap panggilan dari Tuhan,” ungkapnya.
Bagi Joivelen, kualitas terpenting seorang pemimpin adalah kerendahan hati. Ia berharap mampu menjalankan tanggung jawab ini bukan untuk pencapaian pribadi, melainkan demi sesama dan untuk memuliakan nama Tuhan.
Lebih dari sekadar pelatihan, ALT menjadi momen pembekalan nilai—bahwa kepemimpinan adalah panggilan untuk melayani, bukan dilayani; untuk membentuk ekosistem yang sehat, bukan sekadar mengejar prestise. Melalui ALT, UPH menanamkan prinsip bahwa pemimpin yang kuat bukan hanya cakap secara strategi, tetapi juga rendah hati dalam melayani dan teguh dalam integritas.
Inilah bagian dari komitmen UPH dalam mempersiapkan generasi pemimpin yang takut akan Tuhan, kompeten dalam bidangnya, dan membawa dampak positif bagi masyarakat—mulai dari lingkup organisasi kampus hingga ke tingkat yang lebih luas.