23/10/2025 Seni, Budaya, Musik & Desain, Social & Humaniora
Konten Korea Selatan (K-Content) telah menjadi fenomena global yang merevolusi industri kreatif, termasuk di Indonesia, mulai dari film, drama, kuliner, hingga musik Korean Pop atau K-Pop. Data Chartmetric tahun 2024, mencatat Indonesia sebagai konsumen musik K-Pop terbesar di dunia dengan porsi 18,47%. Sementara laporan dari Ministry of Culture, Sports and Tourism (MCST) Korea Selatan pada 2023 menempatkan Indonesia di posisi pertama dengan tingkat ketertarikan terhadap budaya Korea mencapai 86,3%. Fenomena ini membuktikan bahwa K-Content bukan sekadar hiburan, tetapi telah membentuk cara pandang dan gaya hidup global. Bagi mahasiswa komunikasi dan pelaku kreatif, mempelajari kesuksesan K-Content penting untuk memahami bagaimana narasi dikemas strategis mampu memengaruhi persepsi dan perilaku sosial.
Menanggapi fenomena tersebut, Program Studi Ilmu Komunikasi (Prodi Ilkom) Universitas Pelita Harapan (UPH) bersama Christian Global Network (CGN) Indonesia menggelar seminar K+Content Insight UPH bertema “Sastra, Media, & Jurnalistik: Kekuatan Storytelling untuk Perubahan Sosial” pada 17 Oktober 2025 di Auditorium D501, UPH Kampus Lippo Village, Tangerang. CGN Indonesia merupakan organisasi media yang menjembatani hubungan budaya Indonesia–Korea melalui siaran dan konten edukatif. Lebih dari 400 mahasiswa dari berbagai prodi belajar bagaimana storytelling K-Content memikat penonton, membentuk cara pandang, menumbuhkan empati, dan mendorong perubahan sosial.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Edwin Martua Bangun Tambunan, S.I.P., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPH menekankan pentingnya kegiatan ini bagi mahasiswa sebagai komunikator, penulis, dan kreator.
“Momentum ini mengingatkan kita untuk menjadikan komunikasi sebagai saluran kebenaran, kasih, dan transformasi. Storytelling bukan sekadar seni, tetapi sarana pembawa nilai untuk menghadirkan kebaikan dan perubahan di tengah masyarakat,” ujarnya.
Seminar ini menghadirkan dua pembicara asal Korea Selatan yang telah lama berkecimpung di industri media dan penulisan naskah, yakni Seoung Hyun Han dan Prof. Ae Ok Kim. Han merupakan penulis naskah profesional di balik berbagai program ternama di stasiun televisi besar seperti KBS, MBC, SBS, dan YTN, mulai dari radio, dokumenter, hingga acara edukatif. Sementara itu, Prof. Kim, akademisi sekaligus penulis naskah di Dong-Ah Institute of Media and Arts, dikenal lewat karya-karyanya di berbagai drama televisi serta kiprahnya membimbing banyak penulis muda dalam industri penyiaran Korea.
Menciptakan Konten Bermakna melalui Cerita Sederhana
Dalam paparannya berjudul “Konten TV Korea: Pengetahuan, Hiburan, dan Inspirasi Menjadi Satu”, Seoung Hyun Han menjelaskan bahwa kekuatan K-Content terletak pada kemampuannya memadukan pengetahuan, emosi, dan nilai kehidupan dalam kemasan yang ringan dan menghibur. Ia menambahkan, nilai budaya Korea kerap disampaikan lewat kisah sederhana sehari-hari seperti makan bersama atau berbincang santai yang sarat makna.
Han mencontohkan program variety show populer “You Quiz on the Block” yang pernah menghadirkan boy group BTS sebagai bintang tamu. Dalam acara tersebut, para anggota BTS berbagi kisah karier dan kehidupan pribadi sambil menyoroti nilai-nilai seperti kerja keras, persahabatan, dan rasa syukur. Melalui percakapan santai dan penuh humor, penonton diajak tertawa sekaligus merenung serta memahami budaya Korea.
“Acara seperti You Quiz on the Block membuktikan bahwa tayangan bisa tetap ringan namun sarat makna. Dari kisah sederhana, kita belajar bagaimana pengetahuan, emosi, dan nilai kehidupan dapat berpadu dalam satu narasi. Di situlah sebuah karya menjadi hidup,” ujar Han.
Membangun Naskah dan Karakter Tokoh yang Kuat
Dalam sesi bertajuk “Daya Tarik dan Kekuatan Konten Korea: Laksana Menunggang Harimau”, Prof. Ae Ok Kim menekankan bahwa kekuatan utama film dan drama Korea terletak pada kedalaman karakter dan nilai kemanusiaan yang dihadirkan. Menurutnya, para penulis naskah tidak hanya mengandalkan imajinasi, tetapi juga melakukan riset karakter mendalam. Termasuk penggunaan metode Enneagram (tipologi kepribadian yang mengelompokkan individu dalam sembilan tipe saling berkaitan) untuk memahami motivasi dan emosi tokoh, serta turun langsung ke lapangan guna menggali kondisi sosial dan psikologis yang diangkat dalam cerita.
Pendekatan ini membuat karya-karya mereka terasa lebih hidup, seperti yang tampak dalam drama “When Life Gives You Tangerines” yang menggambarkan kehidupan masyarakat di Pulau Jeju.
Menutup paparannya, Prof. Kim menegaskan bahwa setiap penulis memiliki tanggung jawab moral untuk menggunakan kreativitasnya sebagai sarana menghadirkan kebaikan dan perubahan sosial. Ia mengatakan, “Kesuksesan K-Content dibangun dari naskah yang kuat dan karakter yang dikembangkan dengan cermat. Itulah mengapa setiap cerita terasa begitu dekat di hati penonton.”
Melalui seminar ini, mahasiswa diajak memahami bahwa storytelling bukan sekadar sarana hiburan, melainkan medium yang mampu menyampaikan pesan moral, membangun empati, dan menumbuhkan kesadaran sosial. Kolaborasi antara Prodi Ilmu Komunikasi UPH dan CGN Indonesia menjadi ruang belajar lintas budaya yang memperluas wawasan mahasiswa tentang bagaimana sebuah cerita dapat menginspirasi perubahan nyata. Semangat ini sejalan dengan komitmen UPH untuk melahirkan lulusan yang tidak hanya kreatif, tetapi juga takut akan Tuhan, unggul, dan membawa dampak positif bagi masyarakat dan dunia.