07/10/2025 Pencapaian, Sains, Teknologi, Teknik & Matematika
Sampah plastik masih menjadi tantangan besar, terutama di kawasan perkotaan. Karena sulit terurai, plastik mencemari tanah dan air, bahkan mengancam kesehatan saat dibakar. Dampaknya nyata dirasakan masyarakat—termasuk warga Kelurahan Bencongan Indah, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. Melihat persoalan ini, tim dosen dan mahasiswa Universitas Pelita Harapan (UPH) bergerak menghadirkan solusi inovatif: eco-paving block — paving blok ramah lingkungan hasil olahan limbah plastik, semen, dan abu terbang—limbah hasil pembakaran batu bara, yang mengubah sampah menjadi material yang manfaat.
Program ini dipimpin oleh Dr.-Ing. Jack Widjajakusuma, (Ketua Program Studi Teknik Sipil UPH), bersama Prof. Dr. A’azokhi Waruwu, S.T., M.T. (Dosen Teknik Sipil), dan Priskila Christine Rahayu, S.Si., M.T. (Dosen Teknik Industri). Mereka berkolaborasi dengan mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2023–2024, di antaranya Flory Buntoro, Chin Chen Nelson Rubben, Ruisto Cahyadi, Kalisa Adelia Ginting, Gabriela Xena Levina Priambodo, Kalisa Adelia Ginting, Viktoria Darlene Pelupessy, Moreno Nauval Purnawan, Jason Liem, George Wesley, dan Genevieve Rebecca Rompis.
Inisiatif ini berhasil memperoleh dukungan dana hibah sebesar Rp43 juta dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) —Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek).
Dari Limbah Plastik Menjadi Paving Block Bernilai Ekonomi
“Eco-paving block ini bukan sekadar alternatif yang lebih ekonomis sekaligus ramah lingkungan, tetapi juga bukti nyata bagaimana limbah bisa diberdayakan menjadi sesuatu yang bermanfaat. Harapan kami, masyarakat mampu memproduksinya secara berkelanjutan, mendapatkan nilai tambah ekonomi, sekaligus ikut menjaga kelestarian lingkungan,” jelas Jack.
Ia menjelaskan, konsep eco-paving block lahir dari kebutuhan mendesak untuk menekan limbah plastik yang sulit terurai sekaligus mengurangi biaya produksi. Menjawab tantangan tersebut, tim PkM UPH melakukan terobosan dengan mengganti hingga 25% semen menggunakan abu terbang. Langkah ini tak hanya menekan biaya, tetapi juga memberi nilai baru bagi limbah industri yang sebelumnya tak termanfaatkan.
Dalam prosesnya, cacahan plastik dan abu terbang dicampur sebagai pengganti sebagian semen, sehingga penggunaan semen dapat dikurangi. Hasilnya, eco-paving block menjadi lebih ringan, mudah dipasang, namun tetap memenuhi standar kekuatan.
Tak berhenti di situ, material ramah lingkungan ini juga berpotensi digunakan untuk jalur taman, area parkir, hingga dinding rumah. Inovasi ini tidak hanya menawarkan solusi berkelanjutan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.
Antusiasme Warga dan Dampak Nyata bagi Lingkungan serta Ekonomi
Tim PkM UPH melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada warga Bencongan Indah untuk memastikan program ini berkelanjutan. Antusiasme warga terlihat tinggi sepanjang kegiatan. Mereka tidak hanya mempelajari teknik pencacahan plastik dan pencetakan paving, tetapi juga difasilitasi dengan mesin pencacah dan cetakan otomatis. Kehadiran alat-alat ini menjamin kualitas eco-paving block tetap konsisten, sekaligus memungkinkan warga memproduksi secara mandiri tanpa bergantung pada pihak luar.
“Program ini membuka wawasan kami. Sampah plastik yang biasanya jadi masalah ternyata bisa diubah menjadi peluang usaha nyata bagi warga. Kami merasa terbantu, bukan hanya dari sisi teknis, tapi juga dalam menumbuhkan semangat menjaga lingkungan sekaligus menambah penghasilan. Ini langkah awal yang baik agar Bencongan Indah bisa menjadi contoh bagi daerah lain,” ungkap Dadang M. Bakhtiar, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Bencongan Indah.
Lebih dari sekadar solusi teknis, program ini menghadirkan dampak nyata bagi lingkungan sekaligus memberdayakan ekonomi warga. Sampah plastik yang semula menumpuk kini bernilai jual, sekaligus mendukung praktik ekonomi sirkular di masyarakat. Eco-paving block tidak hanya mempercantik jalur taman atau halaman rumah, tetapi juga membuka peluang menambah pendapatan keluarga.
“Dalam setiap program pemberdayaan masyarakat, aspek manajemen produksi dan pemasaran menjadi sangat penting. Melalui pelatihan ini, kami ingin membantu warga memahami bagaimana mengelola proses produksi secara efisien, menjaga kualitas produk, serta memasarkan eco-paving block dengan strategi sederhana namun efektif. Dengan pemahaman manajemen yang baik, diharapkan warga dapat menjadikan kegiatan ini sebagai usaha berkelanjutan yang mendukung ekonomi keluarga sekaligus menjaga kelestarian lingkungan,” ujar Priskila.
Senada dengan hal tersebut, Prof. Dr. A’azokhi Waruwu, S.T., M.T., turut menegaskan pentingnya keberlanjutan pasca-pelatihan agar manfaat program benar-benar terasa bagi warga. “Kami tidak berhenti di pelatihan produksi saja. Ke depan, kami juga akan membantu UMKM lokal memasarkan eco-paving block melalui media sosial dan bekerja sama dengan koperasi, agar produk ini benar-benar bisa masuk ke pasar,” jelasnya.
Dengan semangat warga dan dukungan universitas, eco-paving block hadir bukan sekadar inovasi ramah lingkungan, tetapi juga sarana pemberdayaan ekonomi masyarakat. Kolaborasi dosen, mahasiswa, dan warga membuktikan bahwa sampah plastik bisa bertransformasi dari beban menjadi peluang berkelanjutan dengan manfaat ekologis sekaligus ekonomi.
Program ini menjadi bukti komitmen UPH dalam membentuk lulusan yang bukan hanya unggul secara akademik, tetapi juga takut akan Tuhan dan siap menghadirkan dampak positif yang nyata bagi masyarakat serta dunia.